Dampak Hubungan Pusat – Daerah terhadap Kehidupan Sosial Politik Sampai Awal 1960
Pemilihan Umum I yang
telah dilaksanakan belum membawa perubahan menuju kesejahteraan rakyat
Indonesia. Banyak daerah-daerah yang merasa dirugikan oleh kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Oleh
karena itu banyak daerah-daerah yang melakukan pemberontakan -pemberontakan
diantaranya :
A. Pemberontakan PKI tahun 1948.
Pemberontakan
ini terjadi pada tanggal 18 September 1948 di mana tokohnya yaitu Muso, Amir
Syarifuddin, Kolonel Djoko Suyono, Kol. Muh. Dahlan. Pemberontakan ini ditumpas
dengan Gerakan Operasi Militer pada tanggal 30 September 1948.
B. Pemberontakan DI/TII.
DI/TII
didirikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo pada 7 Agustus 1949 di desa
Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat). Pemberontakan ini dapat ditumpas dengan
Operasi Pagar Betis dan Operasi Bharatayudha, sehingga Kartosuwiryo dapat
ditangkap di Gunung Geber (Majalaya) Jawa Barat. Berikut pemberontakan DI/TII
di berbagai daerah: di Kalimantan Selatan (Ibnu Hajar), di Jawa Tengah (Amir
Fatah), di Sulawesi Selatan (Kahar Muzakar), di Aceh (Daud Beureuh).
C. Pemberontakan Angkatan Perang
Ratu Adil (APRA).
Pemberontakan
ini terjadi pada tanggal 23 Januari 1950 di Bandung yang dipimpin oleh Raymond
Westerling seorang kapten Belanda. Aksi yang dilakukan oleh APRA sangat kejam
akan tetapi TNI tidak dapat bertindak karena serangan APRA dilakukan secara
mendadak, kesatuan Siliwangi baru saja memasuki Kota Bandung, Panglima Divisi
Siliwangi, Kolonel Sadikin sedang mengadakan peninjauan ke Subang bersama
Gubernur Sewaka. Untuk mengatasi pemberontakan ini pemerintah melakukan
berbagai usaha diantaranya melancarkan operasi militer pada tanggal 24 Januari
1950, mengadakan diadakan perundingan antara Drs. Moh. Hatta dengan Komisaris
Tinggi Belanda Mayor Engels untuk mendesak Westerling dan pasukan APRA meninggalkan
kota Bandung serta melakukan penangkapan terhadap Westerling dan Sultan Hamid
II. Akan tetapi Westerling dapat melarikan diri.
D. Pemberontakan Andi Aziz.
Pemberontakan
ini terjadi pada tanggal 5 April 1950 di Makassar yang dipimpin oleh Kapten
Andi Azis, seorang Komandan Kompi APRIS bekas KNIL. Aksi yang dilakukan dari
pemberontak ini diantaranya menduduki obyek-obyek penting seperti lapangan
terbang dan kantor Telkom serta menawan pejabat Panglima Tentara dan Teritorium
Indonesia Timur, Letkol A.Y. Mokoginta. Untuk mengatasi pemberontakan ini
pemerintah mengirim pasukan yang dipimpin Mayor Worang dan pasukan di bawah
Kolonel A.E. Kawilarang pada tanggal 26 April 1950. Tidak berapa lama, Andi
Aziz menyerahkan diri.
E. Pemberontakan Republik Maluku
Selatan (RMS).
Pemberontakan
ini terjadi pada tanggal 25 April 1950 yang dipimpin oleh Mr. Dr. Christian
Robert Steven Soumokil, bekas Jaksa Agung NIT. Untuk mengatasi pemberontakan
ini pemerintah mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kol. Alex Kawilarang. Pada
tanggal 14 Juli 1950, Pasukan Ekspedisi ini dapat mendarat di Laha, Pulau Buru.
Pada bulan November 1950, Kota Ambon dapat dikuasai walaupun dengan korban yang
cukup besar. Usaha dilanjutkan dengan merebut Benteng Nieuw Victoria, namun Letkol.
Slamet Riyadi gugur. Pada tahun 1951, tokoh RMS yang bernama Manuwutu menyerah.
Akhirnya Dr. Soumokil tertangkap dan diadili pada tanggal 21 April 1964 dan
dijatuhi hukuman mati.
F. Pemberontakan Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Pemberontakan
ini terjadi setelah terbentuknya dewan di daerah-daerah yaitu Dewan Banteng
(Padang) Sumatra Barat dipimpin oleh Letkol. Achmad Husein, Dewan Gajah
(Sumatra Utara) dipimpin oleh Kol. M. Simbolon, Dewan Garuda (Sumatra Selatan),
dipimpin oleh Letkol. Barlian, Dewan Manguni (Sulawesi Selatan), dipimpin oleh
Letkol. Ventje Samual. Untuk mengatasi pemberontakan ini pemerintah melakukan
berbagai operasi diantaranya Operasi Tegas dipimpin oleh Letkol. Kaharudin
Nasution, Operasi 17 Agustus dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani, Operasi Sapta
Marga dipimpin oleh Brigjen Jatikusumo, Operasi Sadar dipimpin oleh Letkol. Dr.
Ibnu Sutowo. Akhirnya pimpinan PRRI menyerah satu per satu. Pada tanggal
tanggal 29 Mei 1961, Achmad Hussein menyerah dan melaporkan diri beserta pasukannya.
Hal ini diikuti oleh pemimpin yang lain. Dengan demikian pemberontakan PRRI
dapat dipadamkan.
G. Pemberontakan Piagam
Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta).
Pemberontakan
ini dipimpin oleh Letkol. Ventje Sumual Di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
Usaha pemerintah dalam menumpas pemberontakan ini yaitu dengan melakukan
berbagai operasi militer diantaranya Komando Operasi Merdeka yang dipimpin oleh
Letkol Rukminto Hendraningrat, Operasi Saptamarga I dipimpin Letkol
Sumarsono, menumpas Permesta di Sulawesi Utara bagian Tengah, Operasi
Saptamarga II dipimpin Letkol Agus Prasmono dengan sasaran Sulawesi Utara
bagian Selatan, Operasi Saptamarga III dipimpin Letkol Magenda dengan sasaran
kepulauan sebelah Utara Manado, Operasi Saptamarga IV dipimpin Letkol Rukminto
Hendraningrat, menumpas Permesta di Sulawesi Utara, Operasi Mena I dipimpin
Letkol. Pieters dengan sasaran Jailolo, Operasi Mena II dipimpin
Letkol. KKO Hunhols dengan sasaran merebut lapangan udara Morotai di sebelah
utara Halmahera.
0 komentar:
Post a Comment